Cerita Tentang Mie Ayam

eka
2 min readAug 16, 2021

--

Semakin dewasa, kebanyakan dari kita menjadi semakin kikuk jika ditanya perihal mimpi dan cita-cita. Tidak seperti saat masih kecil, ketika ditanya tentang cita-cita, langsung lugas menjawab; “aku ingin jadi dokter!”, “aku ingin jadi jaksa!”, “aku ingin jadi guru!”, dan berbagai macam profesi lainnya. Mungkin, karena dulu kita belum betul-betul mengenal dunia. Mungkin, dulu kita sama sekali tidak punya perasaan ragu dan takut. Mungkin, dulu kita belum tau betul apa yang sebenarnya kita inginkan dan butuhkan.

Kita pun semakin dewasa, semakin banyak tau, semakin banyak merasa. Keraguan dan ketakutan adalah kawan akrab yang selalu hadir, lebih-lebih ketika sedang dihadapkan dengan fase baru atau ketika ingin mengambil keputusan-keputusan besar. Rasanya… semakin dewasa, jalan yang ditempuh semakin berat. Terkadang, kita tidak tau dan tidak pernah punya kepastian mengenai rintangan seperti apa yang akan dihadapi di depan nanti. Terkadang, ketika sedang dalam masa yang sulit, jalan itu terasa sangat panjang dan gelap, dan kita tidak tau muaranya berada di mana. Tapi, kita semua juga tau, apa, sih, yang benar-benar pasti dalam hidup ini selain ketidakpastian itu sendiri?

Setiap hari, tidak pernah putus berdoa untuk tetap dikuatkan dan diberi pertolongan jalan keluar dari segala hiruk pikuk dunia. Sialnya, ketika sedang putus asa sekali, tidak segan terucap harapan ingin segera meninggalkan dunia. Namun, kita semua tau, di dalam hati masing-masing masih menyala redup api semangat untuk terus berjuang dan hidup. Dan, itu tidak apa-apa. Wajar sekali. Menyerah dan kalah, sesekali. Asal jangan lupa untuk bangkit lagi di esok hari.

Aku berharap, kita semua masih punya dan menyimpan cita-cita serta mimpi itu di dalam hati masing-masing. Aku tau, banyak yang takut untuk berisik soal mimpinya, karena takut mendapatkan penghakiman dari banyak orang. Tidak apa-apa, mimpimu dan cita-citamu, seaneh apapun, tetap aman dan menggelora di dalam dirimu. Setidaknya, ketika hari-hari berat itu datang lagi, kita, aku dan kamu, masih punya mimpi untuk kembali menyalakan sumbu-sumbu yang mulai redup itu. Apinya memang kecil, namun, setidaknya mampu memberi harapan untuk hidup sebentar lagi saja.

Satu detik lagi, satu menit lagi, satu jam lagi, satu hari lagi, satu bulan lagi, satu tahun lagi, satu dekade lagi, dan seterusnya.

Aku pun punya mimpi dan cita-cita… yang aneh? Bahkan aku berani bertaruh demi satu porsi mie ayam terenak di dunia, akan banyak sekali yang terkekeh dan (mungkin) terkejut ketika mendengarnya. Mimpi kecil itu lah yang terus bersorak minta untuk diwujudkan, yang mendorongku untuk tetap makan dan minum walaupun rasanya hidup ini sialan sekali.

Aku harap, kamu juga begitu, ya? Mari kita coba hidup untuk hal-hal sederhana dulu saja, seperti makan mie ayam 6000-an dengan es teh manis saat jam istirahat makan siang. Kapan-kapan, kita saling bertukar cerita tentang mie ayam paling enak yang pernah kamu coba, ya? Maka dari itu, terus lah hidup dengan baik dan makan yang teratur.

--

--